Friday, September 2, 2011

Workshop 02-- Massa dan Program Jamak; Fashion Store & Fashion Design Workshop

Introduksi

Dalam Workshop 02, site A(lintasan race track) dianalisa lebih lanjut untuk kemudian menghasilkan desain dengan massa dan program jamak. Lokasi site ini di pusat perkotaan Lippo Village, Karawaci. Ia berbatasan langsung dengan jalan raya M.H. Thamrin Boulevard yang merupakan jalur arteri yang mengitari Karawaci. Berawal sebagai tempat parkir Benton Junction, site ini diubah menjadi Race Track untuk A1 sehingga dipagari pagar beton dan kawat, serta rawan vegetasi.Site ini sekarang ini digunakan kembali sebagai tempat parkir, namun tidak tampak banyak perubahan dari saat disiapkan untuk menjadi Race Track.




Analisa Tapak
 
Batas-batas site adalah:
Utara- Gedung CIMB Niaga
Barat- Parkir, pintu masuk Supermal Karawaci
Timur- Jalan M.H. Thamrin Blvd.
Selatan- Benton Junction


Landmark yang juga merupakan magnet terbesar si sekitar site adalah Supermal Karawaci dan kompleks Universitas Pelita Harapan(termasuk di dalamnya: gedung Dynaplast dan Times Bookstore). Sebagai akibatnya, site yang berada di antara kedua landmark tersebut sering dilewati oleh pejalan kaki.


Namun, di dalam site yang panas tersebut, tidak tersedia jalur pejalan kaki yang jelas ataupun kanopi bagi orang-orang yang melewati site sehingga tidak jarang terjadi konflik antara pejalan kaki dan kendaraan mobil.
Untuk menganalisa lebih lanjut mengenai aspek apakah site ini 'responsif' terhadap lingkungannya, maka telah dilampirkan analisa-analisa berikut:

 Dari analisa-analisa tersebut dapat disimpulkan beberapa hal:

1. Entrance utama yang berbatasan dengan Jalan M.H. Thamrin Blvd. kurang jelas ditandai sehingga pejalan kaki kebanyakan memilih untuk mengakses site lewat bagian Barat site (ujung belakang Benton Junction)dengan jarak yang lebih jauh.

2.Dibutuhkan elemen-elemen visual yang lebih jelas sehingga pejalan kaki tidak lagi bingung dan jalurnya bertabrakan dengan mobil. Elemen visual yang dimaksud seperti groundcover ataupun kanopi. Elemen visual lain yang kurang jelas adalah entrance site yang berbatasan dengan jalan raya namun lebih terlihat seperti akses sekunder.

3. Site ini lebih sering dijadikan tempat lewat saja, karena tidak ada fasilitas bagi orang untuk duduk beristirahat atau berteduh. Walau di Benton Junction tersedia banyak tempat duduk, namun itu bukan merupakan fasilitas untuk ruang publik yang gratis. Sehingga, site ini benar-benar kurang menampung interaksi antar manusia. 

4. Dalam site, sulit untuk melihat akses keluar-masuk berada dimana, disebabkan oleh rendahnya level site dibanding lingkungan sekitarnya(50cm lebih rendah dari Benton Junction dan Supermal Karawaci). Penyebab lain adalah buruknya penandaan akses site.


Lokasi-lokasi utama yang merupakan problem area yang akan diolah mencakup area konflik pejalan kaki-mobil di dalam site, dan sisi depan site(Timur) yang sekarang dipergunakan sebagai halte bus yang informal. Lokasi-lokasi perbaikan tersebut sudah ditandai dalam sisi kanan bawah board berikut:



Usulan Program

Site yang berbatasan dengan tempat-tempat komersil seperti Benton Junction dan Supermal Karawaci ini memiliki potensi besar untuk menarik pengunjung, selain dari fakta bahwa ia berada di pusat keramaian kota Karawaci yang berkembang.Oleh karena itu, saya usulkan program komersil berupa Fashion Store dan program non-komersil berupa Fashion Design Workshop. 

Dengan adanya kedua program tersebut, diharapkan agar site menjadi kawasan yang kaya aktivitas dan bermanfaat bagi orang-orang yang melewatinya pula, dengan menyediakan shelter, hiburan berupa tempat perbelanjaan, dan ruang publik dari void yang tercipta oleh massa-massa tersebut.
Dalam mendesain ruang untuk Fashion Store dan Fashion Design Workshop tersebut, dilakukan analisa terhadap dua preseden:
Precedent 1
TOD'S Omotesando. Arsitek: Toyo Ito. Pada bangunan ini, zona komersil dan non-komersil(kantor dll.) dibatasi oleh sirkulasi. Lalu, zona non-komersil yang lebih bersifat prifat diposisikan di bagian belakang site sementara Fashion Storenya sendiri merupakan dua lantai yang transparan terhadap jalan raya sehingga menarik pengunjung/pembeli.

Precedent 2
Fashion Designer Studio. Arsitek: Daniel Georges. Dari denah terlihat alur pengguna dari masuk hingga meninggalkan studio. Penempatan ruang dari mesin jahit, manekin, meja desain, display dan akses keluar-masuk.




Desain massing Fashion Store&Fashion Design Workshop 

Desain yang saya usulkan berupa dua buah massa yang terhubung oleh sebuah kanopi. Kanopi tersebut selain menjadi shelter dan penanda pintu masuk bagi Fashion Store dan Fashion Design Workshop, juga berfungsi untuk mengarahkan pejalan kaki sehingga jelas menghubungkan zebra cross/Benton Junction dan Supermal Karawaci. 



Mass & Void
Massa -massa tersebut meninggalkan ruang publik yang luas di depannya, yang juga berguna bagi orang-orang yang hendak menunggu/menggunakan bus. Ruang publik yang ditandai water fountain tersebut juga dapat digunakan sebagai meeting point baru, tempat berkumpulnya berbagai kalangan publik. Kemudian, diberi penghijauan agar tempat tersebut lebih teduh.
Terlihat pada board di atas, massa yang lebih besar berguna sebagai Fashion Store setinggi dua lantai, dimana lantai atasnya ditempati display agar menarik pengunjung dan sebagian ruangnya digunakan untuk gudang penyimpanan stok barang. Penempatan massa ini sendiri terbentuk dari orientasinya terhadap matahari. Bagian terlebar dari massa tersebut menghadap Utara-Selatan untuk mengurangi terik yang masuk ke dalam bangunan, kemudian ditembus oleh sirkulasi Supermal-UPH.






Sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan 
Alur pejalan kaki yang tadinya bertabrakan dengan mobil, diusulkan agar diperjelas dengan pengerasan yang dibedakan. Selain itu, ruang di belakang Fashion Design Workshop dipergunakan untuk menjadi tempat parkir, sehingga pengunjung dapat langsung parkir dan mengakses site ini dengan nyaman. Halte bus yang sebelumnya terlalu dekat dengan jalan raya dan tidak aman bagi penggunanya, diusulkan untuk dimundurkan beberapa meter sehingga walau pengguna bus turun dari sisi kiri bus, namun tidak langsung terganggu lalu lintas yang padat.



Kritik & Saran
Setelah presentasi final (24 Agustus 2011), ada beberapa masukan untuk proposal desain ini:
1. Area halte bus yang diperbesar/dimundurkan dapat ditandai dengan pavement sehingga tidak digunakan oleh kendaraan-kendaraan lain. Selain itu, pavement dapat menyatukan area halte bus dan ruang publik di belakangnya.

2. Ruang di lantai dua Fashion Store relatif luas, seharusnya dapat dimanfaatkan lebih lagi dibanding hanya untuk gudang penyimpanan dan display.



Friday, August 12, 2011

Workshop 01--Site Analysis, Program proposal and Precedents


Site ini terletak di area parkir Benton Junction, berbatasan langsung dengan(searah jarum jam) Benton Junction, tempat parkir Supermal Karawaci, tempat parkir CIMB Niaga, dan M.H. Thamrin Boulevard yang berada di depan kompleks Universitas Pelita Harapan. Berada di tengah lingkungan yang sibuk, site ini lebih sering berguna hanya sebagai tempat untuk 'lewat'. 



 Terlihat pada diagram analisa Legibility di atas, Path-path utama merupakan path dari dan ke Supermal Karawaci. Kemudian, path ini bertemu dan membentuk node di site. Maka dapat dikatakan bahwa site ini merupakan tempat berkumpul, walau hanya singkat oleh karena site ini tidak memberi kenyamanan bagi pejalan kaki, Jalur mobil dan pejalan kaki sama saja, sehingga pejalan kaki harus lewat terburu-buru untuk menghindari mobil, serta karena terik matahari yang tidak difilter oleh atap dalam bentuk apapun.


Akses utama menuju site ada tiga, dari Benton Junction, parkir barat Benton Junction, serta dari Supermal Karawaci. Kemudian  site berhadapan dengan sisi depan Benton Junction dan jalan raya yang menghadap sisi depan Times Bookstore. Dari diagram ini, dapat disimpulkan bahwa desain akan lebih menguntungkan menghadap ke arah-arah tersebut, dibanding orientasi ke sisi belakang CIMB Niaga (tempat parkir). Sisi belakang bangunan yang akan didesain dapat ditempatkan berhadapan dengan parkir CIMB Niaga, sehingga sisi belakang/parkir bisa disatukan. Hal ini lebih menguntungkan dari segi view dan tentunya kualitas udara di sisi depan bangunan yang akan didesain.



Dalam interaksinya, ada tiga 'magnet' di sekeliling site, yaitu UPH complex, Benton Junction, dan Supermal Karawaci. Ketiganya merupakan lokasi awal dan akhir yang paling ramai. Tingkat keramaian tertinggi pada jam-jam makan siang, di depan Times Bookstore, di ujung zebra cross Benton Junction, dan di site.


Dari analisa kelompok yang telah dilakukan sebelumnya dan analisa singkat yang baru dibahas, saya ingin mengangkat beberapa topik permasalahan di dalam site, yaitu:

  • Tidak adanya jalur khusus pejalan kaki (terutama untuk yang menyeberang dari Benton Junction menuju Supermal).
  • Tidak tersedianya shelter, bagi supir yang menunggu maupun bagi pejalan kaki yang melewati site di bawah panas terik, dengan penghijauan yang minim.
  • Tidak ada pengalaman menarik saat melewati site, malah kebanyakan pejalan kaki terburu-buru melewatinya.Site hanya tempat untuk dilewati selain parkir. 
Untuk mencoba menemukan solusi bagi masalah-masalah tersebut, kemudian saya mengajukan desain untuk Fashion Store. Fashion store ini diharapkan mampu memberi shelter bagi pejalan kaki yang lewat, memberi pengalaman retail yang menarik, sekaligus sebagai jalur pejalan kaki dari Benton-Supermal.Dalam pemikirannya, tempat ini juga mampu menyediakan open space bagi pengunjung untuk duduk/beristirahat sejenak.Selain itu, dengan mengarahkan pejalan kaki ke Supermal dan arah sebaliknya, aspek Legibilitynya diharapkan lebih baik karena kemudian bangunan akan berfungsi sebagai penanda arah pula. Sebelum lebih lanjut ke dalam proses desain, telah terkumpul tiga preseden, yaitu:



Dari ketiga preseden tersebut, semuanya memiliki cara masing-masing untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Toyo Ito dalam Tod's store Omotesando, Japan, menggunakan siluet pohon Zelkova yang memang banyak tumbuh di kawasan tersebut. Herzog & De Meuron mendesain fasad yang terbuat dari shell cembung, sehingga pejalan kaki yang lewat melihat seakan curtain wall ini bergerak. Selain itu,mereka menyediakan ruang publik dalam bentuk entrance plaza, hal yang sangat langka di Tokyo dimana bangunan memenuhi lahan yang tersedia. Louis Vuitton Ginza, Japan karya arsitek Jun Aoki memanfaatkan alabaster sebagai bahan yang kemudian dicetak dalam glass-fiber reinforced concrete. Efek yang dihasilkan adalah kotak-kotak dengan ukuran berbeda yang tersebar di kedua fasadnya yang berhadapan dengan jalan raya dan zebra cross. Pada malam hari, kotak-kotak tersebut terlihat bercahaya dan sangat menarik perhatian.